Tutuplah matamu
Dan, Cobalah merasakan dengan jiwamu…
Terpaku aku. Menyaksikan sosok renta itu. Di tengah gerimis hujan yg turun, lekat ia pandangi kami. Ahh, bukan! Ia memandangi motor yg kami kendarai lalu ia edarkan pandangannya menyusuri detil demi detil motor yg kunaiki. Ia pandangi kendaraannya dan kendaraan kami bergantian. Kuterus mengikuti arah pandangannya..
Setitik iba menyeruak. Sama seperti ia. Ku pandangi kendaraannya. Sebuah sepeda angin yg sudah sangat tua. Berkarat. Kususuri setiap detilnya dg seksama, sembari sesekali kupandangi wajah keriput itu. Sosok tua di balik raincoat yang melindunginya dari sergapan air hujan yg semakin menderas. Bukan raincoat dari bahan berkelas. Namun hanya selembar plastik transparan yg ia bentuk menjadi sebuah jaket pelindung hujan…
Ahh, kulihat ia memandangi lg motor yg kunaiki. Tatap itu…
Tak lebih dari satu menit. Hanya semenit saja.Tapi, semenit itu menghadirkan berbagai macam rasa yg mengaduk2 perasaanku. Iba..haru..bangga padanya. Bahkan sempat terbersit sebuah lintasan ‘gila’ di kepalaku. Ingin turun dari atas motor dan mempersilahkan kakek tua itu untuk duduk di sana mengendarainya. Sejenak merasakan nyamannya kendaraan yang sedari tadi ia tatap tanpa berkedip…
Hanya sebuah lintasan. Motor ini bukan milikku. Bahkan aku pun hny seorang penumpang sementara yg mendapat tempat di atas sini setiap pagi dan sore hari…
‘Mengapa TUHAN tak adil,?!’ terlintas ucap di hatiku saat melihat ‘kejomplangan’ yg terpampang di depan mataku..
mgkn sebagian atau banyak dari hamba-hamba TUHAN lainnya yang seringkali berfikir seperti yg sempat melintas di alam fikiranku. Sedetik kesadaran membawa lisanku dalam dzikir istighfar. Menyadari betapa piciknya lintasan yg muncul…Materialistis!
Kita tak pernah tau siapa yg lebih bersyukur terhadap setiap perkara yg alloh gariskan dalam hidup. Mungkin, bapak tua renta dengan sepeda angin tuanya lebih mulia, karena ia selalu bersyukur dan qonaah dg takdir hidupnya. Di bandingkan dg aku dan sebagian orang lain yg mendapat kemudahan, kekayaan, dan kenikmatan duniawi yg melimpah, namun seringkali tak memaknainya dengan seharusnya. Terlena oleh gempita dunia yg penuh warna.
Aku tersadar dari fikiranku. Ku giring lisan mengucap istighfar dan menghalau fikiran yang menggugat takdir . Syukur dan sabar. Terima dg qonaah setiap apapun yg alloh beri
TUHAN…
Give me a strength..
Beri aku kekuatan untuk tetap selalu berbaik sangka terhadap segala sesuatu yg KAU gariskan dalam jenak hidupku..
Banyak hal yg tak kusukai. Banyak yg tak sesuai inginku. Membawaku tanpa sadar menjadi kufur nikmat.
Tapi aku ingin belajar melebur…terus. Menerima semua dengan senyum dan kesabaran…
Traffic light berwarna hijau..kendaraan yg membawaku bergerak maju berbaur bersama yg lain. Kuputar kepalaku melihat kebelakang. Kulihat ia berusaha memacu sepedanya perlahan, berbaur bersama kendaraan lainnya.
Perlahan mengayuh. Berhati-hati atau mungkin letih.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar