Mei 05, 2010

I'm Not Your Friend

“I’m not your friend”
“You are”
“No!, I’m not. Never!”
, lanjutnya dingin, lalu beranjak pergi

Lintasan bayangan berkelebat. Sepotong kejadian yang mengiringi kepergiannya.

Zeda merapatkan jaketnya yang sedikit terbuka. Udara pegunungan yang menusuk kulitnya membuatnya menggigil dengan geraham merapat. Titik embun masih setia bergelayut manja pada daun dan semak.


* * *

”Oke! Semoga pekan depan sukses ya.” Ucap seorang laki-laki berkacamata minus di hadapannya. Zeda tersenyum.

Selangkah lagi, Senyum Zeda

Tiba-tiba langkahnya terhenti. Ia merasa mual, pandangannya mengabur dengan rasa sakit yang tiba-tiba dari kepalanya. bruukkk!!
Masih sempat ia dengar teriakan histeris membahana di telinganya. Gelap.


* * *

Sejak hari itu Zeda mulai menarik diri dari pergaulan dan lingkungannya. Hari-hari di laluinya dengan dan dalam diam. Perubahannya menimbulkan tanya. Tak ia pedulikan tatapan heran teman-temannya. Tak ia gubris tiap pertanyaan yang dilontarkan. Tidak pula dengan Juna.

”Ada apa dengan lu, eh?”, Juna menarik kerah Zeda
”Nothing....”, Jawabnya singkat

Juna memandangi Zeda yang tetap sibuk dengan aktivitasnya menyusun perlengkapan pendakiannya. ”We are friend…”, Tepuk Juna pada bahunya


* * *

Perlahan ia mengeluarkan lipatan kertas dari balik jaketnya. Lembar hasil ujian dengan sertifikat ’sangat memuaskan’ dan,..................hasil diagnosa kedokteran. Kanker otak.

Apakah begini perilaku takdir? Ia datang tanpa diminta. Dan apa yang diminta tak kunjung tiba.

Aku bukan pengecut yang lari dari kenyataan. Hanya saja aku perlu waktu untuk sendiri saat ini. Belajar memaknai hidup dan belajar bersahabat dengan takdir. Menerima kenyataan bahwa hidupku hanya tinggal menghitung hari.


Perlahan Zeda melangkahkan kaki menuruni bukit dengan tekad dan ketegaran yang terpatri dalam jiwa.

Tapi, Aku tak kan menyerah. Tidak!
TUHAN,.. Ajari aku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar