Pusing. Barisan angka-angka yang menunjukkan ketidakimbangan terpampang pada layar monitor komputer di depannya. Laporan keuangannya gak balance. Kepalanya terasa berputar-putar dan diikat erat.
Pupil mata Dinda tertumbuk pada jendela pesan yang tiba-tiba muncul di depannya.
“Halo Tita, lagi apa?”
Hahahaha! Seketika Dinda terpingkal-pingkal, lupa pada sakit yang sesaat lalu seperti hendak membunuhnya.
Buaya!, umpat Dinda dalam hati.
***
1 private message!
hai! Boleh kenalan?,
Isi pesan itu, singkat.
Perlahan jari-jarinya bermain pada benda mungil teman setia netbooknya. REPLY.
Sebuah pesan singkat yang diterima Dinda ketika mengawali pagi hari itu. Berlanjut dengan private-private message pada hari-hari berikutnya. Seadanya ia balas pesan itu, malas. Pasti tak beda dengan pesan-pesan serupa lain, fikirnya, pesan dari laki-laki tipe tebar pesona.
Kenalan, menanyakan aktivitas, kuliah dimana, kerja dimana, dan lain-lain… dan lain-lain.
Suatu waktu,
“Tita Hulwa”, jawab Dinda suatu waktu, kala si Arjuna (nama ID itu) menanyakan namanya.
“Wah, nama yang bagus. Tapi nama saya juga gak kalah bagus, lho. Ahmad Mukhlis”,
Sapa yang Tanya, cibir hati Dinda.
But,..
“Whaaaaaattt…?!*&^%$”, “Ahmad Mukhlis?! Ohohohoh… it’s impossible!”,
Mata Dinda membeliak selebar-lebarnya seolah hendak melompat menggelinding jatuh ke lantai. Ia baca kembali pesan pribadi itu dengan seksama. Gak salah, Ahmad Mukhlis!.
***
Beranjak bergegas Dinda menuju kamar mandi, berwudhu. Lepas berkomat kamit dengan beberapa untai doa dan harapan yang digantungkan kepada Penggengga Semesta. Dinda beringsut ke atas kasur, meraih ponselnya, lalu mengetikkan sebuah alamat website sebuah komunitas.
4 private messages, berkedip-kedip di layar inboxnya
# Helo dear?
Banguuuuuun, udah pagi…
Sholat subuh, Tita..
Udah kaleee, bos!, celetuk Dinda sembari terkekeh, sadar jika kata-katanya tak kan terdengar.
# Tita, kok pesan-pesanku gak dibalas? Marah ya, Ta?
# Tita, apa kabar? Lagi sibuk ya?
Lama gak liat tulisan Tita. Online dong, Ta.
# Ta, boleh aku minta nomor hp dan pic kamu?
Brukk!
Tita menjatuhkan diri terlentang dengan malas di atas kasurnya, masih dengan mukenanya yang tak sempat ia lepas. Ngantuk.
***
Seminggu sudah, akhirnya Dinda kembali setelah sepekan lamanya meninjau lokasi proyek, melakukan audit data-data keuangan berkaitan dengan laporan keuangan yang ia terima tak balance kondisinya.
Dinda teringat sesuatu. Ia raih netbok dari dalam tasnya, menghidupkan dan memasang modem. Beberapa detik kemudian jari jemarinya telah lincah berlompatan di atas tombol-tombol keyboard.
Facebook, Twitter, Email, Blog, dan tak lupa ia ketik sebuah website dimana ia bergabung di dalamnya sebagai seorang member.
Assalamu’alaykum warohmatulloh..
Alhamdulillah kabar baik, sehat. Maaf tak membalas pesan karena memang tak sempat untuk membalasnya. Dan alasan kedua, karena malas membalasnya.
Dinda terkekeh, tentu saja kalimat terakhir tak ia ketik.
Well,..
Terima kasih atas apresiasi dan perhatianmu pada tulisan-tulisanku. Cukuplah bila kau menyukainya dan memperoleh pelajaran dari apa yang kutulis. Dan cukup buatku, tak perlu rasanya aku dapatkan pujian yang aku rasa terlalu berlebihan buatku.
Tentang nomor hp. Jujur saja, aku sama sekali tak punya no hp. Mungkin terdengar naïf atau sepertinya berbohong ya, but begitulah..
Aku tak merasa perlu berbohong untuk hal ini. Lagi pula meski aku memiliki no hp, aku pun tak kan memberikannya padamu. Dan ini berlaku untuk semua orang, bukan hanya dirimu.
Rasanya hidup lebih tenang tanpa berkomunikasi dengan orang lain untuk hal-hal yang tak perlu dan mungkin hal yang tak penting.
Mengapa? Mmmm,.. rumit penjelasannya dan lagi pula rasanya bukan hal yang harus aku jelaskan padamu.
Tentang foto,..
Sorry, aku tak bisa. Dan pula aku tak biasa..
Rasanya terdengar sombong ya? Biarlah, Tak mengapa.. :D
Well,..
Rasanya pertemanan tak harus membutuhkan deretan angka-angka nomor hp atau sebuah foto manis, iya kan?
Rasanya akan lebih tenang dan nyaman,..
Oke,
Aku harap kamu mengerti dan kamu pasti mengerti.
Aku masih tetap bisa menjadi teman yang baik, meski tanpa foto dan nomor hp. Itu jika kau masih berniat berteman denganku ;)
Well,..
Wassalamu’alaykum
Ia arahkan kursor pada fitur SEND. Dinda tersenyum. Long_life atau Tita Hulwa, begitu Arjuna atau Ahmad Mukhlis mengenal Dinda, sebagai sesama member. Arjuna mungkin tak menyadari bahwa Tita atau Dinda mengenalnya dengan baik. Ahmad Mukhlis, Seorang Manager SDM pada sebuah perusahaan pembiayaan nasional yang sama dengan Dinda, hanya berbeda wilayah kerja. Pria beristeri dan memiliki 3 orang putra.
Dinda termenung, teringat tiap kata-kata yang diucapkan seorang laki-laki berlagak innocent yang mengaku bujangan yang tertarik padanya, Arjuna.
Dinda tersenyum simpul. Buaya!,
Tiba-tiba Dinda tersentak meringis dan setengah berlari keluar dari kamarnya menuju kamar mandi, saat ia rasakan ada sesuatu yang bergolak dari perutnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar