Mei 05, 2010

Tikus dan Ide Menangkap Kucing


Pada suatu malam yang gelap. Suasana hening dan gelap pekat. Terdengar bunyi jangkrik dan binatang malam saling bersahutan.
“Kita buka rapat paripurna kita malam ini”, ucap seekor tikus besar. Sepertinya dialah pemimpin di kelompok itu.
“Baiklah. Demi menghemat waktu. Sebagian besar kita harus bekerja untuk mencari dan mengumpulkan makanan. Kita semua tahu, warga kampung Mousi sedang mengalami krisis, dimana sulit sekali memperoleh makanan, sejak hadirnya musuh kita di rumah itu,”

Semua peserta rapat paripurna terdiam. Senyap.

“Untuk itu, kehadiran kita semua di sini adalah untuk mengakhiri krisis kita. Kita harus bisa mengusir kucing musuh kita dari rumah itu. Atau menangkapnya,” ujarnya.
“Bagaimana caranya?,” seekor tikur Curut berkata.
“Kita semua tahu betapa ganasnya kucing itu. Jika tertangkap, kita tak akan diberi ampun olehnya,” lanjutnya kembali.
Riuh suara bergemuruh mendengar ucap Curut. Riuh bernada ngeri membayangkan keganasan kucing musuh mereka.

Kampung Mousi memang sedang mengalami masalah. Pemilik rumah tempat mereka tinggal memelihara seekor kucing. Sejak itulah masalah mereka dimulai. Mereka menjadi sulit mendapatkan makanan, bahkan setiap saat selalu terancam nyawanya karena si kucing. Sudah puluhan nyawa meregang dalam cengkeraman gigi dan taringnya yang tajam.

“Baiklah.. baiklah!,”
“Untuk itulah kita semua berkumpul. Untuk bermusyawarah mencari solusi terbaik cara menyingkirkan kucing itu,” lanjutnya.
“Setiap tikus yang hadir dalam rapat, harus memberikan saran atau ide!”

Semua terdiam.

Tak ada yang memiliki ide apapun. Selain itu semua diluputi ketakutan dan kengerian saat membayangkan sang kucing.

“Bagaimana kalau kita buat perangkap seperti perangkap yang dibuat manusia untuk menangkap kita?,” seekor tikus putih member saran.
Kembali semua suara bergemuruh, “ah, itu tidak mungkin!”
“Jika kita racuni?,”
“Jangan!! Nanti racunnya termakan oleh anak-anak kita. Berbahaya!,” tukas yang lain.

Semua ide telah diungkapkan. Namun belum menyelesaikan masalah.
Tiba-tiba seekor tikus maju ke hadapan pimpinan sidang, dan berkata,
“Yang mulia. Saya mempunyai ide yang dapat kita gunakan untuk mengatasi kucing musuh kita,”
“Apa itu?, Bicaralah!”
Semua terdiam. Menatap dan menunggu dengan berdebar.
“Kita tak perlu menangkap kucing musuh kita. Kita tak harus pula membunuhnya,” ia terdiam. Mengedarkan pandangannya.
“Namun, kita dapat menghindarinya,”
“Maksudnya?," Tanya seluruh peserta siding,
“Benar. Kita hanya perlu menghindarinya. Membuat sebuah cara dimana ketika kucing itu datang,kita semua dapat menghindar dan berlari dengan cepat tanpa sempat ditangkap atau bahkan dilihat olehnya”
“Kita akan membuat sebuah lonceng kecil yang akan kita kalungkan pada leher sang kucing saat ia sedang tertidur. Dengan begitu, setiap kucing itu berjalan dan bergerak, maka lonceng itu akan berbunyi, dan kita akan mengetahui dimana keberadaannya dan dapat segera lari menghindar,” lanjutnya.

Raja terdiam memikirkan ide yang baru saja disampaikan oleh sang tikus.
“Iya! Kau benar!,” Ucapnya. Kita dapat menghindarinya dan tak perlu mempertaruhkan nyawa untuk membunuhnya. Dengan ide itu, kita akan selalu aman.

seluruh peserta bergemuruh senang.,

“Baiklah. Kita tak akan menunda waktu. Kita akan melaksanakannya segera,” lanjut sang raja tikus.
“Tapi, bagaimana cara kita melakukannya? Bahkan sebelum lonceng itu kita pasang di lehernya, kucing itu akan menerkam kita lebih dahulu,” tukas yang lain.
Kembali semua suara terdiam, benar juga, fikir hati mereka

Akhirnya rapat paripurna dewan tikus ditutup tanpa menghasilkan apa-apa.


Adik-adik, ternyata pintar dan cerdas saja tidaklah cukup untuk mengatasi masalah. Karena kita membutuhkan keberanian untuk melakukannya. Karena beratnya resiko yang harus diterima, terkadang banyak orang pintar yang hanya mampu berteori tanpa berani melaksanakan ide-idenya.

Nah, adik-adik. Jangan mau seperti tikus-tikus yang pintar, namun tak memiliki cukup keberanian. Harus berani!! =D






*terinspirasi oleh tikus-tikus di rumah yang bikin greget… ^^

1 komentar: